SEKEDAR MENGULAS PERISTIWA ISRA’ & MI’RAJ


سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsa yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Al-Israa’: Ayat 1).


W

ooouwww…. bentar lagi tanggal 27 Rajab! Moment yang musti kita ingat dan ambil hikmahnya. Apa lagi kalau bukan Isra’ dan Mi’raj nya Rasulullah S.A.W.

Mungkin kita sudah sering memperingati peristiwa yang sangat bersejarah ini. Bahkan, ada sebagian orang yang merasa bosan karena tiap tahunnya tidak ada perubahan dalam memperigatinya. Tapi, satu yang harus kita ingat. Tanggal 27 Rajab adalah penting bagi umat Islam.

Istilah isra’ yang artinya berjalan malam adalah bahasa Al Quran, sedangkan istilah mi’raj yang artinya naik adalah istilah yang dipakai dalam Al Hadits. Namun demikian walaupun mi’raj bukan bahasa Al Quran akan tetapi akar kata tersebut yang dibentuk oleh huruf-huruf ‘ain, ra, dan jim menjadi ‘araja adalah bahasa Al Quran.

Isra Mi’raj merupakan peristiwa perjalanan spektakuler yang pernah dilakukan manusia. Betapa tidak, Rasulullah Muhammad SAW melakukan perjalanan malam hari dan dalam waktu yang amat singkat, yaitu dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina. Dari Al-Aqsa, Beliau naik ke langit melalui beberapa tingkat, menuju Baitul Makmur, Sidratul Muntaha (tempat tiada berbatas), Arasy (tahta Allah), hingga Beliau menerima wahyu langsung dari Allah SWT tanpa perantaraan malaikat Jibril.

Disebutkan bahwa dalam perjalanan ini, Rasulullah SAW menunggang Buraq yakni satu jenis binatang yang lebih besar sedikit dari keledai dan lebih kecil sedikit dari unta. Binatang ini berjalan dengan langkah sejauh mata memandang. Disebutkan pula bahwa Nabi SAW memasuki Masjid Al-Aqsha lalu shalat dua raka’at di dalamnya. Kemudian Jibril datang kepadanya seraya membawa segelas khamr dan segelas susu. Lalu Nabi SAW memilih susu. Setelah itu Jibril berkomentar, “Engkau telah memilih fitrah.” Dalam perjalanan ini Rasulullah SAW naik ke langit pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya sampai ke Sidratul-Muntaha. Di sinilah kemudian Allah SWT mewahyukan kepadanya apa yang telah diwahyukan di antaranya kewajiban shalat lima waktu atas kaum muslimin, dimana pada awalnya sebanyak lima puluh kali sehari semalam.

Keesokan harinya Rasulullah SAW menyampaikan apa yang disaksikannya kepada penduduk Makkah. Tetapi oleh kaum musyrikin Makkah berita ini didustakan dan ditertawakan. Sehingga sebagian mereka menantang Rasulullah SAW untuk menggambarkan Baitul Maqdis, jika benar ia telah pergi dan melakukan shalat di dalamnya. Padahal ketika menziarahinya, tidak pernah terlintas dalam pikiran Rasulullah SAW untuk menghafal bentuknya dan menghitung tiang-tiangnya. Kemudian Allah SWT memperlihatkan bentuk dan gambar Baitul Maqdis di hadapan Rasulullah SAW sehingga dengan mudah beliau menjelaskannya secara rinci.

Berita ini oleh sebagian kaum musyrikin disampaikan kepada Abu Bakar dengan harapan dia akan menolaknya. Tetapi ternyata Abu Bakar menjawab, “Jika memang benar Muhammad yang mengatakannya, maka dia telah berkata benar dan sungguh aku membenarkan lebih dari itu.”

Ulasan di atas adalah ulasan yang sering kita dengar dan bersumber dari Al Qur’an dan Hadits. Jadi, sangatlah wajib kita imani.

Bagaimana dengan sumber informasi alam? Ini perlu pembahasan yang lebih panjang dari yang pertama. Untuk dapat mengkaji suatu peristiwa dengan bersumberkan informasi dari alam haruslah memenuhi dua persyaratan. Pertama, harus terbuka dan kedua harus sinambung. Untuk jelasnya, kita ambil contoh burung yang terbang di udara. Untuk dapat mengkaji proses kepak sayap burung yang sementara terbang di udara, haruslah mesti dapat disaksikan oleh semua orang, dapat diobservasi, dapat diamati oleh semua orang yang berkepentingan dalam mengkaji seluk-beluk kepak sayap burung yang mengudara itu. Inilah yang disebut dengan terbuka. Kemudian burung itu selalu sanggup terbang pada waktu yang lalu, waktu sekarang dan insya-Allah waktu yang akan datang. Ini disebut dengan sinambung. Tanpa kedua persyaratan itu, suatu peristiwa tidaklah dapat bersumber informasi dari alam.

Bagaimana dengan peristiwa isra-mi’raj? Tidak terbuka, tidak dapat disaksikan oleh siapapun, kecuali oleh Allah SWT dan para malaikat. Peristiwa itu dapat kita ketahui karena diberitahu oleh Allah SWT melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak sama misalnya dengan peristiwa photosynthesis, kita dapat mengetahuinya melalui wahyu, dan juga dapat diobservasi oleh para pakar yang berkepentingan untuk mengkaji perisitwa itu, artinya terbuka bagi siapa saja yang berkepentingan dan yang mau. Kemudian, peristiwa isra – mi’raj hanya berlaku satu kali dan pemegang peran hanya satu orang yaitu Nabi Muhammad SAW. Artinya peristiwa ini tidak sinambung. Tidak sama misalnya dengan proses photosynthesis, berproses waktu lalu, sekarang dan insya-Allah waktu yang akan datang. Kesimpulannya, alam sebagai sumber informasi tidak dapat dilakukan untuk mengkaji proses isra-mi’raj. Dan itu berarti proses isra- mi’raj tidak mungkin dapat dikaji oleh sains.

Bagaimana dengan sumber informasi sejarah? Sumber informasi ini ada kelemahannya, karena tidak eksak dalam arti sejarah dapat dimanipulasi, dipalsukan oleh penulis sejarah. Hadits-hadits dalam arti sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW termasuk dalam sumber informasi sejarah ini. Hadis-hadispun tidak luput dari pemalsuan. Orang yang mula-mula meletakkan dasar metode pendekatan dalam menyaring hadits-hadits dari pencemaran pemalsuan hadits adalah Imam Bukhari. Hadits-hadits yang luput dari pemalsuan yang disaring oleh Imam Bukhari tersebut dikenal dengan Shahih Bukhari. Metode pendekatan yang dipakai dalam menyaring hadis dari pencemaran pemalsuan, kemudian berkembang menjadi disiplin ilmu tersendiri yang disebut dengan lmu Mushthalah Hadits. Dalam metode ini fokusnya adalah antara lain, kesinambungan yang menyampaikan (sanad) dari Nabi Muhammad SAW sampai kepada perawi hadis (misalnya Imam Bukahri), daya ingat dan inteligensia yang menyampaikan, akhlaq mereka tercakup antara lain sikap, gaya hidup yang tidak urakan. Dan juga yang tidak kurang pentingnya ialah sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW bukan hanya melalui satu jalur. Maksudnya pada waktu Rasulullah bersabda dan berbuat disaksikan oleh banyak sahabat, dan setiap sahabat membentuk jalur informasi yang disampaikan kepada perawi secara sinambung. Artinya terdiri atas banyak jalur sebanyak jumlah sahabat yang mendengar ucapan dan melihat perbuatan Rasulullah sendiri. Dan setiap jalur terdapat sanad yang sinambung. Hadits yang demikian itulah yang disebut dengan hadits shahih. Walaupun sanadnya itu sinambung tetapi hanya ada satu jalur saja, hadits yang demikian itu disebut hadits ahad. Hadits shahih adalah sumber sejarah yang eksak, sedangkan hadits ahad tidak dapat dipandang sebagai sumber sejarah yang eksak.

Walhasil, dalam menyampaikan masalah isra’ – mi’raj hendaknya tidaklah memakai sumber informasi dari alam, dan juga tidak mengadakan perbandingan isra-mi’raj dengan proses yang alamiyah. Ingatlah bahwa Nabi Muhammad Rasulullah SAW isra-mi’raj tidaklah menempuh alam yang berdimensi ruang-waktu (space-time continuum) melainkan menempuh alam yang bebas dari segala dimensi nisbi, dimensi yang tak sanggup akal manusia membayangkan.



Maka sekali lagi dihimbau, terutama sekali dalam hal isra’ – mi’raj ini, pakailah hanya dua sumber informasi: Wahyu dan sejarah yang eksak, yaitu Al Quran dan Hadits Shahih. Wallahu a’lamu bishshawab.

Daftar Pustaka

http://salafy.or.id

http://blogspot.com, Fajarwan’s Blog

http://wordpress.com, Muara Qalbu

http://wordpress.com, Kafe Remaja Islam

http://wordp%5Bress.com, Halaqoh Dakwah

One Response to “SEKEDAR MENGULAS PERISTIWA ISRA’ & MI’RAJ”

  1. Afri Says:

    Waduhhh,,,..
    kebanyakan ambil dari blog orang neh hehhehehe…

Leave a comment